17°
22 /12 يوم الاثنين - 2 رجب -2025
line

جديد الموقع

singlePageBG
Islam Liberal, Menciptakan Kontradiksi ‎‏ ‏Atas Nama Menghargai Pebedaan
27/9/2010

|

indo.hadhramaut.info

حجم الخط



Di antaranya adalah kemajmukan ‎beragama dan berkeyakinan. Kita sebagai warga negara memang dituntut untuk  dapat ‎menghargai perbedaan tersebut. Akan tetapi, untuk menghargai sebuah perbedaan kita ‎tidak harus membenarakan semua perbedaan yang ada, jika hal itu memang ‎bertentangan dengan standar (mi'yar) keyakinan yang kita miliki. Dan adapun untuk ‎menghargai perbedaan tersebut adalah tak lebih hanyalah bagaimana sikap kita ketika  ‎menyikapi perbedaan tersebut, yaitu dengan sikap bijaksana, bukan dengan merubah ‎apa yang ada di dada kita. Karena sebuah keyakinan adalah ibarat sebuah takaran, ‎yang apabila dilihat dari sisi hubungannya dengan yang lain maka memiliki dua ‎fungsi. Pertama, fungsi  ke dalam adalah untuk menjadi identitas bagi keyakinan itu ‎sendiri. Dan kedua, fungsi ke luar adalah untuk menjadi alat pembeda dengan ‎keyakinan yang lain. Sepeti keyakinan umat Islam tentang Tuhan. Menurut umat ‎Islam, keyakinan yang benar adalah Tuhan itu hanya satu. Berarti hal ini berbeda ‎dengan keyakinan yang lain yang menyatakan bahwa Tuhan itu terbagi tiga atau lebih.‎

Selain alasan tersebut, untuk mengormati pendapat orang lain, kita tidak harus ‎menyetujui pendapatnya. Atau dengan kata lain kita  bisa menghormati orang lain ‎walaupun kita tidak menyetujui pendapatnya. Karena memang tidak ada korelasi ‎mengikat(talazum) antara mengormati dan membenarkan. Untuk menilai benar ‎tidaknya sesuatu, kita punya takaran sendiri. Begitupun untuk menghormati pendapat ‎yang lain, kita punya pertimbangan sendiri. ‎
‎ ‎
Akhir-akhir ini, para pemikir Islam Liberal lewat faham pluralisme agama-nya ‎mecoba mengajak  umat Islam untuk membenarkan semua perbedaan keyakinan ‎dengan atas nama menghargai perbedaan keyakinan. Walupun sebenarnya mereka ‎tahu bahwa di antara keyakinan-keyakinan tersebut sebenarnya terdapat sebuah ‎kontradiksi, sehingga tidak mungkin untuk bisa benar secara bersamaan. ‎

Jika kita pelajari, cara seperti ini  sebenarnya malah bertentangan dengan tujuan ‎mereka  sendiri. Karena dengan membenarkan semua keyakinan yang saling bebeda-‎beda dan kontradiksi tersebut, hal ini malah menghilangkan perbedaan yang ada, ‎karena semua keyakinan telah mereka  leburkan menjadi satu, yaitu sama-sama  ‎meyakini semuanya benar. Jika semua telah sama, lalu perbedaan apa yang harus ‎mereka hargai,  jika perbedaannya sudah tidak ada? Selain  keyakinan  tersebut lebur ‎menjadi satu, keyakinan tersebut menjadi sama-sama tidak jelas dan kabur,  kerena ‎batasan-batasan antar keyakinan  sudah tidak jelas, dan akal siapapun tidak ada yang ‎mampu meyatukan sebuah kontradiksi untuk dikatakan semuanya benar secara ‎bersamaan. ‎

Dogma-Dogma Kontradiksi Kaum Islam Liberal

Adanya kontradiksi antar keyakinan sebenarnya telah disadari oleh para pemikir ‎liberal. Oleh karena itu, mereka mencoba mengeluarkan dogma-dogma tentang ‎kebenaran, sebagai upaya pelarian mereka dari ketidak sanggupan mereka untuk  ‎menjelaskan secara rasional bahwa kontradiksi tersebut bisa benar secara bersamaan. ‎Tetapi, di sisi lain mereka tetap ingin membenarkan semua keyakinan tersebut. Lagi- ‎lagi agar meraka dikatakan menghargai perbedaan. Dogma-dogma yang sekarang ‎telah mereka keluarkan adalah: ‎
‎ ‎
Partama, mereka mengatakan  kebenaran adalah relatif, karena mereka tak ingin ‎setiap umat beragama memastikan bahwa keyakinan agamanya  adalah yang paling ‎benar dan yang lain salah,  sehingga jika  mereka menemukan kontradiksi di antara ‎dua keyakinan maka mereka tidak mau memberi keputusan, walau untuk diri sendiri, ‎mana yang benar dan mana yang salah diantara dua keyakinan tersebut, karena ‎keduanya telah sama-sama direlatifkan. ‎

Kedua, mereka mengatakan soal kebenaran yang tahu hanya Tuhan, tujuan mereka ‎tak jauh beda dengan tujuan mereka ketika mereka mengeluarkan dogma kebenaran ‎adalah relatif, yaitu umat beragama, menurut mereka, sama-sama tidak punya hak ‎untuk memastikan mana yang paling benar dan mana yang salah. ‎

Ketiga , ada sorang pemikir Islam Liberal meyatakan bahwa kebenaran itu banyak, ‎karena menurutnya setiap kebenaran punya takaran sendiri-sendiri. Jika kita pelajari, ‎dogma  baru mereka ini keluar  tak lain halnya adalah juga sebagai upaya pelarian ‎mereka dari relitas kontradiksi yang ada di antara berbagai keyakinan dengan cara ‎membenarkan semua keyakinan tersebut. Selain itu, agar kita umat Islam melupakan  ‎realitas keberagaman kondisi kitab suci umat beragama, yang dalam hal ini sebagai ‎sumber  takaran kebenaran setiap keyakinan, ada yang sudah tidak asli lagi, ada yang ‎hasil olah tangan manusia  dan  juga memang ada yang masih asli dari Rasul. Selain ‎itu, agar kita juga tidak mebeda-bedakan antara keyakinan hasil spekulasi filosofis  ‎manusia dengan keyakinan yang bersumber dari wahyu Tuhan.‎

Pernyataan kebenaran adalah banyak, karena setiap kebenaran mempunyai ‎takaran sendiri-sendiri adalah penyataan problematik. Apakah hanya dengan ‎mempunyai takaran maka setiap orang yang mendakwakan kebenaran maka akan ‎dengan sendirinya diterima sebagai sebuah kebenaran?. dan tidak berusaha berfikir ‎kritis bahwa kemungkinan malah takarannya yang salah atau bermasalah, yang ‎akhirnya berkonsekuensi pada hasil takarnnya yang ikut menjadi salah. Oleh karena ‎itu, kesalahan pada takaran malah lebih berbahaya karena bisa membawa pada ‎kesalahan yang lebih luas. Jika kaum Islam Liberal tetap memaksakan diri untuk ‎membenarkan setiap takaran kebenaran, tanpa mau berpikir kritis, maka anak kecil ‎yang belum sekolah dan mengaji dan berkata tentang kebenaran maka mau-tak mau ‎harus mereka benarkan. Karena anak kecilpun punya takaran sendiri?! ‎
Wallahu a'lam bisshowab.‎

‎Oleh: Zarnuzi Ghufron, mahasiswa tingkat IV Fakultas Syari'ah wa Qonun ‎‎   Univesitas al-Ahgaff, Hadramaut, Yaman.‎
‎ ‎